Seketika dari
waktu ke waktu mulai belajar bagaimana menyembunyikan kekecewaan dan luka yang
teramat dalam. Terbiasa dengan berpura-pura bahagia seolah semua baik. Dalam
arti berpura-pura bodoh tak mengetahui apapun yang berakhir tersakiti sendiri. Sebenarnya
itu adalah munafik sesungguhnya.
Salahkah aku
bila kecewa ketika hal kecil mulai terlupakan. Salahkah aku marah bila hal
mudah terabaikan. Salahkah aku kesal bila ketika hal mudah berubah. Atau aku
saja yang merasa segala sesuatu harus sempurna.
Tampaknya semuanya
aneh. Abstrak. Atau aku saja yang telah mempersulit ini?
Comments
Post a Comment