Skip to main content

Awal yang manis untuk mimpi



Dulu bukan mauku untuk dapat duduk di ruangan hijau ini tapi karena orang tuaku. Aku ingin bersama sahabatku berada diruang merah  yang mereka kenakan kini. Tapi sungguh pahit rasanya ketikaku meninggalkan ruang biruku tepatnya beberapa bulan yang lalu sekitar 7 bulan mungkin dimana aku berpisah dengan mereka untuk berada diruang hijau ini. Tapi tampaknya aku harus meninggalkan kursi emasku semasa diruang biru dan memberikannya untuk mereka diruang hijau. Apa kalian mengerti maksudku?

Saat itu aku sangat malas menyentuh benda persegi panjang yang dibungkus rapi dengan sampul coklat dan
plastic yang hampir setiap hari kugunakan untuk menulis. Sangat berbeda saat diruang biru hamper setiap malam aku menyentuh benda tersebut dengan hatiku. Tapi kini semua semangat untuk meraih mimpi itu sirna.

Aku berusaha bangkit saat melihat angka-angka tersebut tertera dibuku biru yang cukup besar untuk memuat angka-angka yang akan menentukan nasibku. Dan saat kedua aku berusaha bangkit walaupun tak sepenuh hati. Hanya kujalani untuk keinginanku masuk kedalam rungan yang penuh dengan ilmu kehidupan untuk mimpiku menjadi seorang yang mampu mengobati orang lain agar mereka dapat melihat dunia dengan senyuman bahwa mereka sehat. Dan akhirnya aku berhasil masuk ke ruangan tersebut dengan angka-angka yang sepertinya disihir menjadi angka yang sangat menakjubkan untuk kuliat daripada yang pertama .Terima kasih untuk ia yang mengajarkanku ilmu yang tiada hentinya akan kutuntut. Dan kini akan kujalani ruangan ini  dengan semanagt agar aku mampu mewujudkan impiku yang tidak hanya menjadi mimpi tapi suatu saat nanti pasti menjadi nyata. PASTI….

Comments

Popular posts from this blog

from blue to purple

Seketika dari waktu ke waktu mulai belajar bagaimana menyembunyikan kekecewaan dan luka yang teramat dalam. Terbiasa dengan berpura-pura bahagia seolah semua baik. Dalam arti berpura-pura bodoh tak mengetahui apapun yang berakhir tersakiti sendiri. Sebenarnya itu adalah munafik sesungguhnya. Salahkah aku bila kecewa ketika hal kecil mulai terlupakan. Salahkah aku marah bila hal mudah terabaikan. Salahkah aku kesal bila ketika hal mudah berubah. Atau aku saja yang merasa segala sesuatu harus sempurna. Tampaknya semuanya aneh. Abstrak. Atau aku saja yang telah mempersulit ini?

Sebuah Profesi

Selamat malam.  Malam ini ada suatu hal yang sangat mengganggu saya. Bermula dari candaan yg buat saya bukan sebuah candaan. Mungkin hal ini akan menjadi sangat sensitif. Tidak ada maksud lain untuk menyindir atau menyakiti berbagai pihak. Hal ini murni dari pemikiran saya yang baru saja terjun ke dunia yang sebenarnya. Seorang jobseeker yang tak layak karna bahkan belum ‘seek for job’ wkwkwkwk. Sebelum memulai ada baiknya anda menyediakan kopi atau teh atau minuman dingin yang bisa menghibur anda dikala anda harus geleng-geleng dalam menyelami pemahaman otak saya. Karena hal ini akan menjadi pembicaraan yang sangat panjang. Jangan tahan pipis karna mungkin nanti anda akan pusing. Tapi saya harap jika anda sudah mulai membaca jangan baca hanya setengah atau ada kalimat yang sengaja diabaikan entah karna jengah, jenuh, bosan, malas, gak paham atau lainnya. Mari kita mulai. “ bidan kan sekarang sedang dipandang ...” katanya sambil menutup sebelah matanya dengan tangannya dan t...

Lagi waras

kali ini gue mau cerita soal enggg oke something yg cukup gue sesalkan. Karna pas saat itu gue memilih suatu hal dengan keegoisan gue tanpa ngeliat apa ya smacam realita yg ada. Mungkin disitu gue ngerasa agak sombong karna mnganggap bhwa gue pantas ngedapetin itu. Gue menutup telinga dr pndapat org2 diskitar gue. Lo tau apa yg trjadi??? I didnt get it. Agak kzl gk sih. Yg harusnya lo bisa lbh mndapatkan yg layak tpi krna lo egois dan angkuh bin sombong ' I didnt get better'. Jadi saran aja sih. Jgn prnh egois dlm hal apapun itu. Hidup bkn soal apa yg lo pengenin itu yg lo dapetin. Got it??